Legenda La Golo: Si Anak Pemalas, Cerita Rakyat Bima
Pada zaman dahulu di suatu desa di Bima, NTB, hiduplah sepasang suami istri yang kaya raya, namun belum dikaruniai anak. Mereka telah sekian lama menanti kehadiran buah hati. Mereka tak henti-hentinya berdoa meminta kepada Tuhan yang Mahakuasa supaya dikarunia seorang buah hati. Hingga suatu hari, doa yang selalu mereka panjatkan dikabulkan. Sang istri pun mengandung. Tidak terkira kebahagiaan suami istri tersebut. Sembilan bulan kemudian lahirlah seorang bayi laki-laki yang sehat dan gagah, bayi itu diberi nama La Golo. La Golo memiliki arti pembuka jalan. Orangtuanya memberi nama La Golo dengan harapan sang bayi mungil itu tumbuh menjadi pria dewasa yang gagah berani, membuka lahan untuk pertanian, dan memimpin masyarakat dengan bijaksana.
La Golo sebagai anak satu-satunya sungguh amat di sayang oleh kedua orangtuanya. Sehingga Semenjak masih kecil, La Golo sangat dimanjakan orang tuanya. Sehingga apapun yang dia inginkan selalu saja dipenuhi oleh kedua orangtuanya. Namun karena selalu dimanjakan orang tuanya berdampak buruknya perangai La Golo ketika beranjak remaja. La Golo memiliki sifat manja dan pemalas tidak sesuai dengan doa yang disematkan orang tuanya pada namnya “La Golo”. La Golo tidak mau membantu kedua orang tuanya bekrja di sawah. Sementara semua keinginan La Golo harus dipenuhi, jika tidak La Golo selalu merengek dan menangis bahkan mengamuk dan merusak apapun yang ada didekatnya.
Suatu hari orang tuanya berseloroh, "Dahulu aku memberi nama anak kita La Golo, aku berharap agar setelah dewasa dengan menggunakan golo atau golok, ia mampu membuka lahan baru untuk pertanian dan perkebunan sehingga kita tambah sejahtera dan dapat menikmati masa tua. Namun nyatanya, anak itu benar-benar,pemalas. Jangankan membuka lahan, membantuku di kebun saja dia tidak mau!" kata sang suami pada istrinya. Tidak hanya itu, La Golo juga menjadi anak nakal, suka berkelahi dan mengejek anak-anak lain. Hampir setiap hari laporan selalu dari penduduk bahwa La Golo berkelahi dengan masyarakat baik di desa ataupun diluar desa. Semua itu membuat kedua orang tuanya sangat malu dan bersedih hati. Sang Ayah pun menegur La Golo. "Anak ku hendak jadi apa engkau bila terus-terusan nakal dan pemalas?" Tegur sang Ayah kepada La Golo, namun La Golo hanya diam saja tanpa memperdulikan Ayahnya. Ia malah asyik dengan kesibukannya sendiri membuat pati kalo. Pati kalo merupakan mainan yang berbentuk seperti senjata api sungguhan yang terbuat dari potongan batang daun pisang. Mainan ini digunakan ketika akan bermain mpa'a lewa atau permainan perang-perangan. Melihat sikap putranya yang acuh tak acuh sungguh membuat semakin sedih kedua arangtuanya. Ayah dan Ibunya sudah berkaIi-kaIimencaba menasihatinya, namun La Golo tak berubah juga. Hingga beranjak dewasa, La Golo tidak berubah malah memakin sulit di atur. Mereka hanya bisa berdo’a semoga suatu saat anaknya anak berubah.
Hingga suatu hari musim kemarau telah tiba, usia La Golo tepat menginjak usia 17 tahun. Di Desa tempat tinggal La Golo memiliki kebiasaan melakukan tradisi Nggalo Wawi yang dilakukan ketika musim kemarau datang. Tradisi Nggalo Wawi merupakan tradisi berburu babi hutan yang dilakukan oleh masyarakat Bima dan Dompu. Babi hutan diburu karena merupakan binatang perusak tanaman para petani, terutama tanaman padi dan jagung. Tradisi ini wajib dilakukan oleh semua pria yang telah beranjak dewasa. Jika ada yang tidak mematuhi, maka akan diberi hukuman yang berat. Dan seluruh penduduk desa pun akan memandangnya sebagai pria lemah dan pengecut.
Karena kemalasannya La Golo, tidak ingin ikut berburu babi hutan dan memberi banyak alasan. Namun setelah di paksa oleh ayah nya, akhirnya dengan berat hati La Golo bersedia berangkat berburu babi.
Persiapan berburu pun dilakukan oleh para pria dibantu oleh wanita. Para pria melakukan persiapan untuk pembuatan alat-alat berburu, seperti tombak, parang, dan panah. Alat-alat ini dapat membantu untuk menghindari dan menahan, jika terjadi penyerangan oleh babi hutan kepada para pemburu. Sedangkan para wanita membantu mempersiapkan bekal selama perburuan dihutan. Keperluan yang tidak kalah penting dalam perburuan ini adalah dibawanya beberapa ekor anjing. Anjing merupakan binatang yang paling agresif terhadap babi hutan dan ketajaman penciumannya dapat mengetahui jejak babi yang ada di dalam hutan. Masing-masing para pemburu yang sudah lengkap dengan alat-alat buruannya, akan membawa seokor anjing sebagai penunjuk jalan di mana babi hutan berada. Jika hutan yang menjadi tujuan untuk berburu terlalu rimba dan menakutkan, maka para pemburu akan melepaskan beberapa ekor anjing saja untuk mencium keberadaan babi. Jikalau di dalam hutan tersebut terdapat beberapa ekor babi hutan, maka anjing akan menggonggong dengan keras sambil mengejar dan menggigit, sehingga babi yang ada di dalam hutan akan lari keluar dari hutan. Para pemburu akan bersiap-siap di luar hutan, untuk melepaskan tombakan jika terdapat babi hutan yang menghampiri mereka.
Barsambung .....