Sopan Santun dan Hormat pada Guru
PENDIDIKAN anak yang paling utama adalah mengajarkan sopan santun. Karena sopan santun merupakan sesuatu yang mahal. Apalagi untuk saat ini, semakin lama sopan santun yang dimiliki anak semakin berkurang. Mengajarkan sopan santun pada anak harus dimulai sejak dini agar tertanam kuat dalam benak si anak. Orang tua bisa mengajarkan sopan santun di saat anak mulai berusia dua atau tiga tahun dan itu harus dimulai dari orang tuanya sendiri. Jadi saat anak berusia dua atau tiga tahun harus dibiasakan melihat orang tuanya bersikap baik dan santun. Setiap orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan sopan santun kepada anak-anaknya. Paling tidak, orang tua harus mengajarkan kata terima kasih saat ada orang yang membantu dan memberi sesuatu kepada anak-anak.
“Belajar sopan santun akan membantu tindakan anak Anda terhadap orang lain dengan hormat dan memperhitungkan perasaan mereka,” kata penulis buku 365 Tatakrama yang Harus Diketahui Anak
Sopan santun juga akan berpengaruh terhadap kepercayaan diri anak Anda dalam kehidupan sehari-harinya. “Anak Anda akan mendapatkan kepercayaan diri yang berasal dari mengetahui hal yang tepat untuk dilakukan
Hormat dan patuh pada guru adalah sifat terpuji yang harus ditanamkan pada setiap siswa. Seorang guru mengemban tugas yang mulia, yaitu mendidik para siswa untuk menjadi lebih baik, jadi kita wajib menghormati dan patuh kepada mereka. Guru merupakan orang yang mendidik dan mengajari berbagai ilmu pengetahuan. Sehingga kita bisa menjadi orang yang mengerti dan dewasa. Tidak melihat tingginya pangkat seseorang, mereka tetap berutang budi kepada guru yang telah mendidiknya. Islam mengajarkan untuk berbakti kepada guru. Guru mengajar manusia untuk beriman, bertakwa, memahami baik dan buruk serta bertanggung jawab di samping mengajarkan ilmu pengetahuan.
Guru adalah pewaris nabi, karena lewat jasa guru, wahyu dan ilmu dari nabi diteruskan kepada manusia. Imam Al-Ghazali mengistimewakan guru dengan sifat kesucian, kehormatan, dan kedudukan guru setelah para nabi. Beliau juga menegaskan bahwa seorang yang berilmu dan kemudian bekerja dengan ilmunya itu, maka dialah yang dinamakan besar di bawah kolong langit ini ibarat matahari yang menyinari orang lain dan mencahayai dirinya sendiri, ibarat minyak kesturi yang baunya dinikmati orang lain dan ia sendiri pun harum.