REFLEKSI PEMIKIRAN DAN KONEKSI MATERI DAN KESIMPULAN OLEH KI HAJAR DEWANTARA
Menurut Ki Hajar Dewantara (selanjutnya disebut KHD) tujuan pendidikan yaitu menuntun, menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka tidak kehilangan arah dan membahayakan diri mereka sendiri. Mengenai menuntun, saya menganalogikan pendidik seperti chef maka peserta didik adalah bahan masakannya, kualitas hasil masakan tergantung seberapa handal chef mengolah bahan-bahan makananya, seorang chef yang handal bisa membuat masakan yang luar biasa walaupun bahan-bahan yang digunakan memasak kualitasnya biasa, begitupun guru, peserta didik yang diberikan tuntunan bisa menjadi luar biasa, meskipun latar belakang intelektual peserta didik itu dari kategori biasa-biasa saja tapi jika gurunya memberikan tuntunan yang baik maka peserta didik tersebut akan menjadi peserta didik yang berkembang lebih jauh lagi.
Menuntun anak sejatinya adalah menebalkan kodrat yang dimiliki oleh anak, menurut KHD dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman, Kodrat alam berkaitan dengan "sifat" dan "bentuk" lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan "isi" dan "irama". Era kemajuan teknologi dan keterbukaan, pendidik dituntut mampu menuntun anak agar tidak kehilangan arah dalam meraih cita-citanya, agar anak-anak tidak meninggalkan jati dirinya sebagai bangsa yang berbudi luhur, agar anak-anak mampu menyaring ilmu pengetahuan atau budaya dari luar untuk diselaraskan dengan budaya yang kita miliki. Pendidik harus menjadi role model yang baik untuk anak, menjadi suri tauladan, menjadi penyemangat/motivator untuk anak-anak sehingga kodrat anak yang positif menebal dan menjadi anak-anak yang sukses dan memiliki budi pekerti luhur.
Menurut KHD Budi Pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. keselarasan hidup anak dilatih melalui pemahaman kesadaran diri yang baik tentang kekuatan dirinya kemudian dilatih mengelola diri agar mampu memiliki kesadaran sosial bahwa ia tidak hidup sendiri dalam relasi sosialnya sehingga ketika membuat sebuah keputusan yang bertanggungjawab dalam kemerdekaan dirinya dan kemerdekaan orang lain.
Melatih budi pekerti yang paling baik adalah dikeluarga, keluarga menjadi tempat belajar anak untuk mendapatkan teladan, tuntunan, dan menjadi tempat berinterkasi sosial antar sesama anggota keluarga sehingga kemandirian pada anak dapat tercipta. Sedangkan di sekolah pendidik harus memberikan keteladanan, pendidik harus memiliki bekal religiusitas/ketaatan, bersyukur, toleransi, disiplin, tertib, tanggung jawab, kemampuan kerjasama, saling menghormati, sikap sopan santun, jujur, adil, pemaaf dan pemurah sehingga pendidik dapat menuntuk peserta didik untuk memiliki budi pekerti yang baik. Sementara sekolah harus membuat program-program budi pekerti secara konsisten dan terus menerus seperti program senyum sapa salam, kegiatan keagamaan, dan dan kegiatan pembiasaan-pembiasaan yang lain