Pendidikan sebagai Pemikiran Terbuka



Seorang pendidik atau lebih awam kalau kita panggil guru, membawa dirinya untuk memberikan pembelajaran yang netral. Pembelajaran yang netral artinya tanpa ada keterikatan dengan identitas tertentu. Misalnya, ketika memberikan pembelajaran mengenai perbedaan ekonomi yang ada di masyarakat, tentunya berdasarkan teori dan data resmi yang ada. 


Seorang pendidik akan memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis mengenai perbedaan ekonomi tanpa mengajak untuk "menyerang" situasi yang ada. Mengapa demikian? Dengan mengajak kritis maka yan dikiritisi adalah yang dipelajari, bukan pihak-pihak tertentu. Hal ini mengingat bahwa apa yang terjadi sekarang adalah akumulasi, antisipasi dan keterkaitan yang tumbuh secara beda. Intinya, pembelajaran yang dibawakan atau difasilitasi adalah netral. 


Bagaimana dengan pembelajar atau yang dididik? Mereka yang dididik seringkali melakukan pola yang dicontohkan oleh para pendidik. Semakin pertanyaan-pertanyaan terbuka yang dicontohkan ditanggapi dengan model debat menyerang, maka para terdidik juga akan menaikkan levelnya sesuai pemahaman yang mereka gapai. 


Apabila mereka menggapainya hanya di level rendah - meminjam taksonomi Bloom yaitu mengingat - maka ketika ingatan mereka keliru, menjadi kacau balau pemikirannya dan cenderung ngawur. Demikian juga apabila level pemikiran mereka ada di level tinggi - sintesa - tapi karena diajarkan untuk membawa identitas dan menempatkan hasil pembelajaran dari sisi identitas, maka tidak akan ada yang netral keluar dari pemikirannya. Jadi bukan pemikiran terbuka, melainkan pemikiran dengan analisa terbatas. 




Sepertinya tulisan saya di atas mulai memanaskan pikiran pembaca yang budiman untuk bertanya-tanya maksud dan tujuan saya. Senada dengan tulisan saya sebelumnya, saya akan tinggalkan Anda dengan satu pertanyaan, "Seberapa terbukanya Anda pada pandangan berbeda dan memandang perbedaan itu sebagai sebuah keniscayaan yang oleh Yang Maha Kuasa dimungkinkan?"




Baiknya Anda jawab pertanyaan di atas dengan ritual manusia yang makan untuk hidup. Anda bisa seruput teh atau kopi dan jangan lupa temani dengan kletikan kelangenan Anda. Atau, bawa ke tempat Anda ngangkring bersama Teman-Teman. Nikmat, kan? 


salam gelitik!