Utopia Putih Merah

Utopia Putih Merah

Dari balik tirai jendela yang lusuh, sepasang mata kecil menatap awas. Pandangannya tidak terlepas dari lapangan bola, tepat 10 meter di depan rumahnya.

Sudah setengah jam gadis itu mengawasi. Bukan gerak-gerik bola. Bukan pula para pemain bola berseragam putih merah, karena di sana hanya ada bayangan kosong dan keheningan.

Hari itu, seharusnya menjadi hari pertama ia masuk sekolah.

Hari itu, seharusya untuk pertama kalinya ia mengenakan seragam putih merah yang selalu didambakannya. Tapi, hari itu semua berbeda dari bayangannya.

Rumahnya mendadak penuh orang-orang. la mengenal dua atau tiga orang dari mereka, meskipun ada sepotong kain hijau menutup hidung dan mulut mereka.