Terima Kasih (Hadirkan) Guru Penggerak

Ingin melakukan perubahan nyata untuk peningkatan kualitas pendidikan Indonesia.


Guru yang berkompetensi global. Berdaya saing.


Guru yang Pancasilais.


Guru yang memahami bagaimana mendongkrak hasil belajar muridnya. Sebab Gurunya: inovatif, kreatif, mandiri.



Guru Penggerak. Itulah yang disasar Mendikbud Nadiem Makarim.


Utopikah? Perlu ditolakkah?


Tidak. Mudah saja jawabannya.


Memang rasanya, sudah sangat lama, pola pembelajaran di Tanah Air 'begitu-begitu saja'. Tidak ada yang membuat 'menarik hati'. Skema pembelajaran di Indonesia, ya tidak pernah ada kabar dahsyat meletup.




Tak juga ada kabar muncul ditunggu adanya keterbaruan cara pembelajaran. Lalu media marak memberitakannya.


Misalnya saja; seorang Guru menggagas cara inovatif --yang modelnya mengubah pola berlaku selama ini- dalam pembelajaran. Kemudian, murid-muridnya cerdas dan berpikir runut analitik. Selalu juara dalam kompetisi belajar tingkat sekolah.




Di situlah yang ingin direalisasikan Nadiem untuk masa depan pendidikan Indonesia. Kehadiran Guru Penggerak.


Bukan utopi. Jika ada niat serius ingin memajukan pendidikan, pasti bisa. Buktinya: Nadiem sudah menginisiasi program Guru Penggerak. Bukan sekadar mimpi, tapi aksi nyata.


Jadi: optimisme berubahnya kualitas pendidikan dan pembelajar di Indonesia juga bukan angan-angan lagi.


Jalannya sudah di depan mata.




Nadiem --sekali lagi-- sudah memprogram pelaksanaan terbentuknya Guru Penggerak.


Guru yang tidak mengeluh. Guru yang tidak patah semangat karena keadaan kurang mendukung.


Tapi Guru yang menyebarkan semangat inspiratif. Guru yang mentransformasi perubahan sikap juga ke rekan seprofesinya. Untuk peningkatan kualitas pendidkan Indonesia.


Guru Penggerak, kebaikan untuk masa depan anak-anak Indonesia. Sebuah terobosan visioner dari Nadiem.




Menolak kehadiran Guru Penggerak, adalah cara 'membunuh' peradaban masa depan anak-anak Indonesia yang hebat serta menyenangkan.*