Guru Penggerak: Guru Pemberi Manfaat

Dalam rangka meningkatkan mutu guru, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) saat ini melaksanakan program Guru Penggerak (GP). 


Menurut saya,  karakter utama dari guru penggerak antara lain; (1) memiliki semangat sebagai pemelajar, (2) memiliki inisiatif, atau jiwa kepeloporan, (3) menjadi agen perubahan, (agent of change), (4) membantu rekan sejawat untuk meningkatkan mutu profesionalisme mereka, (5) membangun komunitas belajar di kalangan teman satu profesi.


(6) meningkatkan mutu pembelajaran secara reflektif sehingga berdampak terhadap peningkatan prestasi peserta didik, (7) berkolaborasi dengan orang tua dalam meningkatkan mutu layanan pendidikan kepada peserta didik, (8) memiliki semangat untuk ikut mendukung pencapaian visi dan misi sekolah.




Dan (9) memiliki kecerdasan moral, spiritual, dan sosial yang matang, dan (10) menjunjung tinggi kode etik profesi. Karakter-karakter tersebut masih bisa ditambah, tetapi intinya, karakter tersebut identik dengan hal yang positif dan konstruktif terhadap sosok guru penggerak.




Secara yuridis, berbagai karakter tersebut di atas sebenarnya sudah tercermin dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada UU tersebut diatur kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi profesional, (3) kompetensi sosial, dan (4) kompetensi sosial. 


Lalu ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru yang kemudian direvisi melalui PP Nomor 19 Tahun 2017, dan Permendiknas Nomor 17 Tahun 2007 tentang Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.




Semua pihak sudah mafhum bahwa guru adalah ujung tombak peningkatan mutu pendidikan. Istilahnya, tidak ada pendidikan yang bermutu tanpa adanya guru yang bermutu. Jumlah guru di Indonesia sekitar tiga jutaan orang. Jumlah yang sangat banyak tersebut menjadikan tata kelola guru bukanlah hal yang mudah. 


Peningkatan profesionalisme guru menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi semua pihak terkait, khususnya bagi pemerintah, masyarakat yang menyelenggarakan layanan pendidikan, organisasi profesi guru, dan guru itu sendiri.


Guru penggerak idealnya menjadi generator dan lokomotif perubahan, mulai dari sekolah tempatnya bertugas, Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), organisasi profesi guru, dan lingkungan tempat tinggalnya. 


Dengan demikian, untuk menjadi guru penggerak diperlukan sosok-sosok guru terpilih, guru yang memiliki semangat juang yang tinggi untuk berubah mulai dari dirinya sendiri dan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar.