Pawai rimpu di kotabima

Sebelumnya, pawai rimpu tingkat Kota Bima telah digelar pada Minggu7 Mei 2023, tersebut diikuti dan dimeriahkan oleh ribuan warga dari berbagai kalangan. Selain warga umum, pawai rimpu diikuti Kepala Daerah bersama istri, Anggota DPRD, Forkopimda, Kepala OPD, para ASN hingga Pegawai ruang lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Bima.

Selain itu, juga dimeriahkan oleh jajaran Pemerintah Kelurahan hingga Kecamatan, BUMD/BUMN, serta organisasi Pemerintah vertikal (Pemprov), para guru dan pelajar SDN, SMP, SMA hingga Civitas Akademik lengkap dengan para Dosen dan Mahasiswa.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kota Bima, M. Natsir M.Pd, mengaku pawai rimpu yang digelar tahun 2023 merupakan keempat kalinya. Selain Kepala Daerah (Walikota dan Wakil Walikota Bima) kurang lebih ada sebanyak 5.000 peserta yang mengikuti. Jumlah itu sudah sesuai dengan yang ditargetkan.

“Jumlah peserta awai rimpu tahun ini melebihi target yang ditetapkan yakni sebanyak 50.000 orang,” katanya.

Natsir mengaku jumlah peserta tersebut tidak berbeda jauh dengan jumlah peserta rimpu yang digelar tahun 2022 lalu. Hanya saja, prakiraan  peserta pawai tahun ini, sedikit lebih banyak dan meriah ketimbang tahun-tahun sebelumnya.

“Tahun ini, antusiasme masyarakat mengikuti pawai rimpu cukup besar,” katanya.

Lebih lanjut Ia menjelaskan, selain memperingati HUT Kota Bima tahun 2023, yang sempat ditunda karena bulan puasa ramadhan, pawai rimpu yang digelar pihaknya tersebut sebagai salahsatu bentuk untuk promosi wisata Kota Bima.

“Saat HUT Kota Bima, pawai rimpu tetap digelar. Langkah ini untuk promosi wisata kita,” katanya.

Disamping itu, lanjut Natsir pawai yang rimpu yang dilaksanakan untuk melestarikan budaya Bima agar tidak terkikis pengaruh zaman. Sebab rimpu merupakan hijab (penutup aurat) bagi perempuan Bima yang sudah ada sejak zaman Kesultanan dulu.

“Rimpu merupakan pakaian adat Bima yang wajib kita lestarikan,” katanya.

Disamping itu tambah dia, diharapkan juga hasil produk tenunan khas Bima yakni sarung nggoli (tembe nggoli) yang menjadi pakaian rimpu dikenal lebih luas oleh masyarakat secara nasional hingga internasional. Hal itu akan memberikan dampak positif bagi penenun lokal.

“Dampak dari pawai rimpu ini, Kota Bima dan sarung nggoli semakin terkenal, dan ekonomi kreatif masyarakat juga makin meningkat,” pungkasnya. (uki)