Kancil dan budaya di sungai
Dikisan pada suatu siang yang terik, seekor kancil berjalan lunglai menahan haus dan lapar. Musim kemarau sudah tiba. daratan tempat tinggal Kancil sudah kering dan tak ada makanan.
"Aduh aku lelah dan lapar sekali. Musim kemarau sudah tiba," keluh Kancil.
Kancil pun berjalan menuju sungai nun segar. Ia hanya bisa minum tanpa bisa makan.
Tiba-tiba di seberang sungai, Kancil melihat kebun timun tumbuh subur dan lebat. Mentimun adalah makanan kesukaan Kancil. Ia berniat menyeberangi sungai yang dalam tersebut.
Namun sungai tersebut penuh dengan buaya buas.
sungai ini penuh dengan buaya yang rakus. Jika aku menyeberang, pasti aku akan dimakan," kata Kancil.
"
Dari jauh, tampak tiga ekor buaya berenang mendekatiKancil, kebetulan sekali kau datang ke sungai ini. Mendekat dan minumlah air sungai kami yang segar. Kau haus bukan? " bujuk seekor buaya paling besar.
Kancil yang cerdik pun tidak mudah kena bujuk rayu buaya.
Ia pun berfikir keras bagaimana caranya ia bisa menyeberang.
Tak perlu waktu lama, Kancil si Cerdik pun menemukan ide cemerlang.
Wahai buaya.... Sebenarnya aku ke sini diperintahkan oleh raja hutan untuk membagikan daging segar untuk kalian semua," tutur Kancil.
"Benarkah Kancil?" tanya Buaya.
[ Kancilpun mendekat ke sungai sambil meminum air segar.
"Tetapi aku harus tahu jumlah kalian semua agar adil," kata Kancil.
"Lalu apa yang harus kami lakukan?" tanya Buaya.
"Panggil teman-temanmu kemari, aku akan menghitung jumlahnya," kata Kancil
Lalu salah satu buaya pun pergi untuk memanggil teman-temannya.
Belasan buaya sudah berkumpul di hadapan kancil.
Kancil sebenernya menyimpan rasa takutnya melihat banyak buaya beringas ada di hadapannya.
"Kalau kalian bergerombol begitu, mana bisa aku menghitungnya. Sekarang berbarislah yang rapi," pinta Kancil.
: Para buaya pun berbaris di sepanjang sungai agar bisa dihitung jumlahnya.
: Kancil pun lantas menginjak barisan buaya itu. Kancil melompat dari punggung buaya satu ke buaya lainnya sambil menghitungnya.
"satu, dua, tiga,......... dua belas, tiga belas, empat belas," hitung Kancil.
Setelah sampai pada buaya yang ada di barisan terakhir maka ia pun melompat dan sampai di seberang sungai
Sesampainya di seberwng sungai, Kancil pun mengucapkan terimakasih.
" Terimakasih telah membantuku menyeberang,"kata Kancil segera berlari kencang.
Para buaya pun saling berpandangan.
" Jadi kita hanya dijadikan jembatan? Kau telah menipu kami. Awas kau kanciiiil," teriak buaya paling besar