Kisah Putri Ular

Pada zaman dahulu kala, ada seorang raja yang baik dan arif yang memimpin suatu negeri di kawasan Simalungun. Raja itu memiliki seorang putri yang rupanya cantik jelita. Hebatnya, kecantikan putri raja itu bahkan telah diketahui ke seluruh pelosok negeri, bahkan sampai diketahui juga oleh seorang raja muda tampan yang memimpin sebuah kerajaan yang letaknya tidak jauh dari kerajaan ayah sang putri cantik itu. Sontak, ketika raja muda itu mendengar kabar kecantikan putri, ia pun berniat untuk melamar sang putri.


Lalu pada keesokan harinya, rombongan utusan raja muda tampan itu datang ke wilayah kerajaan di mana tempat tinggal sang putri. Sesampainya di sana, rombongan itu segera menyampaikan pinangan dari rajanya. Dengan sukacita, pinangan raja muda itu pun diterima oleh ayah sang putri. Mengetahui hal tersebut, raja muda tentu sangat gembira.


Pada malamnya, sang raja kemudian memberitahu ke putrinya bahwa ada seorang raja muda yang telah meminangnya. Sang putri pun sontak malu-malu putri, dengan mengangguk bersedia menerima lamaran itu. Namun, sang raja mengingatkan putrinya untuk menjaga diri baik-baik, agar tidak ada sesuatu yang bisa membatalkan pernikahanya.


Di suatu hari, putri sedang mandi si sebuah kolam di belakang istana sambil ditemani beberapa orang dayangnya. Setelah beberapa waktu berendam, sang putri duduk pun duduk di atas batu yang berada di tepi kolam sambil. Ia pun duduk sembari membayangkan betapa bahagianya ia saat pernikahan nanti. Ketika sang putri asyik menghayal, tiba-tiba ada angin yang bertiup kencang. Malangnya, ada sebuah ranting pohon berujung tajam mendadak jatuh, tepat mengenai hidung dan melukai sang putri.


Seketika sang putri pun panik, ia langsung membayangkan pernikahannya dengan raja muda itu akan gagal. Pikiran itu pun terus terbayang di kepalanya hingga ia menjadi putus asa. Sambil bersedih, ia pun berdoa untuk meminta dihukum atas perbuatannya tersebut.


Lalu, tidak lama kemudian ada petir yang menyambar-nyambar di sekitarnya. Petir itu pun seketika menyambar kaki sang putri, anehnya sambaran itu membuat kaki putri mengeluarkan sisik. Lama kelamaan, sisik tersebut semakin merambat ke atas.


Melihat kejadian tersebut, sayang-dayangnya pun terkejut. Ia langsung segera memanggil sang raja yang merupakan ayah sang putri. Sesampainya di lokasi permandian, mereka sudah tidak melihat sang putri lagi. Anehnya, mereka justru hanya melihat seekor ular besar yang bergulung di atas batu.


Ular besar itu merupakan penjelmaan sang putri. Ular itu pun dengan cepat pergi meninggalkan mereka semua dan masuk ke dalam semak belukar. Sang raja, permaisuri, dan dayang-dayang pada saat itu tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya, dengan sedih mereka pun menyesali nasib malang sang putri cantik tersebut.