Situ Bagendit
Pada jaman dulu kala di sebuah desa yang subur di Jawa Barat, hidup seorang janda kaya bernama Nyi Endit. Sayangnya, kekayaan tersebut tidak didapat dengan cara yang baik.
Nyi Endit dikenal suka meminjamkan uang dengan bunga yang sangat tinggi. Saat menagih hutang ia pun suka memakai jasa tukang pukul hingga dirinya dijuluki lintah darat.
Bila musim panen tiba, rumah Nyi Endit penuh dengan hasil panen yang melimpah hasil setoran warga yang membayar hutang padanya.
Ketika masa paceklik tiba, banyak sawah gagal panen dan warga kelaparan. Lain halnya dengan Nyi Endit, bukannya berbagi makanan pada warga, ia malah pesta pora bersama keluarga dan teman-temannya.
Suatu hari, datang seorang pengemis ke rumah Nyi Endit untuk meminta sedekah. Kesal dan jijik, Nyi Endit menyuruh pengawalnya mengusir pengemis tersebut.
Namun para pengawal Nyi Endit malah terpental tak bisa menangkap si pengemis. Lalu pengemis itu mengambil ranting dan menancapkannya ke tanah.
Banjir Besar Menenggelamkan Desa
Si pengemis menantang Nyi Endit dan para pengawalnya untuk mencabut ranting tersebut. Namun tak ada yang bisa hingga pengemis itu sendiri yang mampu mencabutnya.
Saat ranting yang tertancap ke tanah dicabut, keluar air mancur yang sangat deras disertai gempa bumi dahsyat dan hujan deras yang tiba-tiba turun.
Nyi Endit dan para pengawalnya tak mampu menyelamatkan diri, mereka tenggelam karena banjir besar yang menenggelamkan desa tersebut.
Desa yang dulu menjadi tempat tinggal Nyi Endit berubah menjadi sebuah danau besar yang diberinama Situ Bagendit. Konon, Nyi Endit menjelma menjadi seekor lintah besar yang menghuni danau tersebut.