Pendidikan Otodidak Kontekstual Sepanjang Zaman

Istilah otodidak atau autodidak berasal dari bahasa Yunani autodidaktos yang dalam Indonesia-nya adalah swasiswa. Autodidaktos sendiri memiliki makna belajar sendiri. Belajar yang prosesnya tidak membutuhkan peran guru sebagai pendidik.


Pendidikan otodidak dapat dilakukan oleh setiap orang yang tidak sekolah, lulusan sekolah, atau masih sekolah. Bagi mereka yang belajar secara otodidak senantiasa mendapatkan ilmu pengetahuannya melalui buku, ebook, atau artikel-artikel yang dapat diakses melalui internet.


Bagi setiap orang yang tidak (sudah) lulus sekolah cenderung memelajari semua, sebagian, atau hanya satu jenis ilmu pengetahuan. Sementara, mereka yang masih sekolah untuk memerdalam ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh guru. Tetapi, mereka juga sering memelajari ilmu pengetahuan yang tidak (belum) diajarkan di sekolah.




Pada era digital, pintu pendidikan otodidak terbuka lebar-lebar bagi siapa saja. Mengingat sumber-sumber ilmu pengetahuan dapat dengan mudah diakses dari internet (on-line). Tetapi bagi masyarakat di lingkungan yang belum terjangkau jaringan internet masih sulit melakukan pendidikan otodidak dengan cara seperti itu. Mereka hanya bisa melakukannya dengan membaca buku cetak (off-line).


Pendidikan otodidak baik on-line maupun off-line memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pendidikan otodidak on-line, setiap orang dapat memeroleh sumber ilmu pengetahuan yang bisa dibaca (ditonton) langsung, di-copas (copy paste), atau di-download (diunduh) dengan beaya relatif murah. Sumber-sumber ilmu pengetahuan tersebut bukan hanya berupa teks, namun bisa pula berupa audio atu video.




Supaya dapat melakukan pendiddikan otodidak on-line, setiap orang tidak gagap teknologi (gaptek) dengan internet. Di samping itu, mereka harus memiliki quota dan Wifi untuk dapat mengakses internet. Tanpa kedua syarat tersebut, maka pendidikan otodidak on-line hanya berhenti pada mimpi yang tidak pernah terwujudkan.


Bagi setiap orang yang tidak memiliki persyaratan untuk dapat melakukan pendidikan otodidak on-line tersebut harus menempuh jalur off-line. Selain rajin membaca buku, mereka harus membaca kitab gumelar. Suatu kitab yang mengidentikkan alam semesta dan seluruh isinya. Mereka juga dapat berlajar pada para pendidik yang secara suka rela mendermakan ilmu pengetahuannya.